Motivator Indonesia Terbaik
"Pelajaran pertama yang didapat oleh manusia adalah belajar untuk
mendengar, menerima dan merasakan. Mendengarkan apa yang beliau ceritakan, menerima apa yang beliau berikan dan merasakan apa yang beliau rasakan. Dan rahim adalah rumah belajar pertamanya."
Terlahir dari rahim seorang perfeksionis tidaklah mudah apalagi saya termasuk orang yang cuek. Sebagai contoh dalam hal berpakaian. Tidak ada yang memungkiri taste beliau dalam hal berbusana. Kemampuannya dalam hal padupadan dan attention to detail patut diacungi dua jempol, sangat berbeda dengan saya (JAAAAUH!).
Setiap pagi, beliau selalu screening pakaian yang kami kenakan. kami? ya kami sekeluarga! sampai ke cucu dan mantu. Kebayangkan seberapa perfeksionisnya pemilik "tiket surga" kami ini?
Dulu, waktu kakak saya dan keluarganya masih tinggal di Bandung, ayah dan ibu saya lebih sering tinggal di sana untuk menemani cucu perdananya tumbuh dan berkembang. Alhasil, sendirianlah saya dirumah. Singkat cerita, pernah sekali waktu mereka kasih kabar akan pulang hari sabtu pagi.
(Oiya, sekilas info, biasanya kalau bujang dilepas sendirian dirumah in syaa 4JJI rumah akan aman taaapiiiiiiiiiiii hampir dapat dipastikan rumah akan luar biasa abstrak alias berantakan.)
Baiklah, dengan sisa tenaga dan semangat untuk mendapat senyuman dan doa dari ortu, saya berjuang menggunakan sapu, lap, dan pel serta tidak lupa menyikat kamar mandi beliau. Dan, ternyata (bersamaan dengan pel-an ubin terakhir) terdengar bunyi klakson. TIIIIN TIIN. Berlari saya menuju garasi sambil senyum-senyum membayangkan bakal dipuji dan dibaluri doa sekujur tubuh ini dari lisan "sang pemilik tiket surga". "Alhamdulillaah bertambah pahala gw in syaa 4JJI" batin saya sembari dorong pager garasi. Setelah salam dan cium tangan beliau masuk tanpa mengucapkan apapun. "Lah, kok, ga komen apa2? Oke, mungkin nanti setelah masuk kamar dilihat kamarnya bersih dia akan bilang terimakasih" batin saya. 5 menit... 10 menit... "Deeeeek!" teriak ibu memanggil saya. "Iya, ma" "ini kamu yang ngosek kamar mandi?" tanya ibu. "Iya ma" jawab saya. "Eehehehe dipanggil juga gw akhirnya, kali bakal dipuji minimal terimakasih dah!" batin saya. Ternyata, "KAMU KALAU NARUH BARANG ITU BALIKIN LAGI SESUAI TEMPATNYA DONK! GIMANA SIH!?" tegur ibu ke saya dengan nada yang bikin jantung nyut-nyutan. "Tapi itukan udah bener ma, aku naronya." jawabku sedikit bingung. "GA! HARUSNYA INI MIRING SEDIKIT %^&#@( LALALA LILILI LALA LILILI" demikian dan seterusnya sampai akhirnya beliau rasa cukup. Dan, diamlah saya berdiri mematung dengan sejuta (bahkan lebih) pertanyaan dikepala. "Mangnya ngaaaapa yak klo begeser dikit? lah, kok doi bisa NGEH! yak klo itu berubah? et dah, ngapa dipusingin amat timbang berubah dikit?!" dan lain sebagainya.
Kejadian seperti ini sering sekali terjadi di kerajaan kami. Awalnya saya pusing dengan ke-perfeksionis-an beliau namun, suka atau tidak beliau ibu saya dan pasti sifat itu meluncur didalam darah saya juga. Walhasil saya coba terapkan pada pekerjaan dan alhamdulillaah baik hasilnya. Yah, dengan sedikit penambahan toleransilah... hehehe
Salam,
Anung